Y-DRA Rilis Album Perdana “No-Brain Dance”

Yes No Wave Music merilis album dari Y-DRA, sebuah album elektronik dance yang ekletik

Yes No Wave Music, sebuah netlabel legendaris asal Yogyakarta, merilis album perdana dari Y-DRA pekan ini. Y-DRA sebuah proyek solo dari Yennu Ariendra (Melancholic Bitch, Belkastrelka, Raja Kirik). Album elektronik dance yang ekletik. Berikut siaran pers mereka

/// SIARAN PERS ///

Bertepatan dengan hari Pemilihan Umum pada tanggal 17 April 2019, Y-DRA secara khusus merilis sebuah album elektronik yang merupakan bagian dari penelitiannya mengenai musik elektronik dance lokal di Sumatera, Jawa dan Kalimantan yang erat kaitannya dengan tradisi lokal dan gejolak sosial-politik di masyarakat. Y-DRA adalah proyek solo dari Yennu Ariendra (Melancholic Bitch, Belkastrelka, Raja Kirik) asal Yogyakarta.

Sebagai seorang musisi kontemporer, Yennu kerap memikirkan apakah karyanya berjarak dengan masyarakat? Apakah ia mulai menjadi sosok yang tak ia sukai? Seorang seniman yang karyanya hanya dirayakan oleh teman-teman sendiri, tapi berlagak seolah ia baru melepas pernyataan agung yang merangkum persoalan seisi dunia?

Mungkin kerisauannya ini sudah jadi perkara lama. Sejak ia menyelipkan unsur koplo pada nomor “Distopia” karya Melancholic Bitch serta gaya Pantura di Belkastreka, Yennu selalu mencoba menyematkan aroma jalanan pada karya-karya yang seolah lebih pantas disajikan di auditorium wangi. Upayanya semakin berani ketika ia mulai mendalami identitasnya sebagai orang osing Banyuwangi melalui proyek Menara Ingatan dan album kolaboratif Raja Kirik.

Tak sekadar mengambil gaya dangdutan, ia mulai mendekonstruksi narasi, legenda, dan unsur-unsur musik lokal yang kemudian membentuk tradisi tersebut. Ambil contoh tradisi jaranan buto dan jathilan yang menginspirasi alur cerita dan frase-frase musikal Raja Kirik. Dengan berkaca pada masa lalu, ia seperti mencoba membayangkan peta ke masa depan yang berbeda.

Pada No-Brain Dance, ia mengambil langkah maju tersebut. Ketimbang berpijak pada legenda, ia melakukan riset ke beberapa kota dan menelusuri bagaimana musik tradisional beradaptasi dan beralih rupa. Dengan bantuan organ tunggal dan piranti musik elektronik seadanya, jaipong berubah menjadi pongdut, tarling menjadi tarling dangdut, dan angkot-angkot dipenuhi bebunyian riuh angkot house.

Betapa luwesnya tradisi turun temurun beradaptasi dengan teknologi dan instrumen baru. Betapa enaknya tema lirik dan narasi bergeser untuk mencerminkan persoalan-persoalan urbanisasi, kemiskinan, serta cinta dan segala praharanya. Bagi Yennu yang terpukau pada persoalan identitas, modernisasi, dan evolusi budaya, subgenre-subgenre ganjil ini pasti terasa seperti harta karun.

Bisa jadi album ini adalah bentuk perayaan Yennu terhadap subgenre-subgenre tersebut. Simak bagaimana ia memasukkan sample tarikan gas motor di “Kombatan Aspal Gronjal” dan tabuhan kendang yang nikmat di “Order Disorder”, dua surat cintanya pada Pantura. Pada “Sayyidah Sound Sistim”, “Duel Jempol”, hingga “Koplotronika”, visi Yennu nampak kentara. Perpaduan cerdik antara beat kompleks IDM (Intellectual Dance Music) dengan ritme musik koplo yang lebih rancak dan sulit diprediksi. No-brain dance yang sesungguhnya: musik yang menubuh, menolak dikekang, dan ahli mengajak pinggul bergoyang.

Yennu Ariendra adalah seorang komposer, musisi, dan juga seniman digital. Ia tergabung dalam grup musik Melancholic Bitch, dan juga Belkastrelka. Bersama J Moong Pribadi, ia juga merilis album Raja Kirik melalui Yes No Wave Music. Yennu juga tergabung di Teater Garasi/Garasi Performance Institute, kolektif laboraturium bunyi WYST (What’s Your Story Today), proyek musik elektronik Amundalu, dan juga Trauma Irama Record.

Untuk mengunduh sila menuju tautan http://yesnowave.com/releases/yesno093/