Elemental Gaze Di Mata Oxalis

Istimewa

 

DSC_5082_edit2013
Luthfi (Gitaris Elemental Gaze) – Foto oleh Oxalis

Udara Jakarta beberapa pekan terakhir ini terasa seperti di Bandung.  Angin kencang dan hujan yang dimulai setelah pukul dua sore. Serupa saat saya masih sering menghabiskan waktu di Cisitu Lama 24, lebih dari setengah dekade lalu. Waktu berlalu, saat itu Cisitu Lama 24 atau yang sering kita sebut sebagai Cisitu Asylum[i], menjadi tempat berkumpul sejumlah band indie Bandung, termasuk Elemental Gaze (EG).

Biasanya kalau Luthfi (Gitaris Elemental Gaze, pemilik dan salah satu penghuni) ada di Cisitu Asylum, sayup-­sayup terdengar alunan musik indiepop macam Blueboy dan Cherry Orchard bercampur dengan shoegaze dari Cocteau Twins dan My Bloody Valentine dari komputer di kamarnya. Jadi tidak heran saat Luthfi bergabung dengan Elemental Gaze,  atmosfer dari kamar depan Cisitu Asylum itu terbawa ke dalam lagu­-lagu mereka. Apalagi Elemental Gaze sendiri mengambil nama dari “Elemental”, salah satu judul lagu Robin Guthrie (co­founder Cocteau Twins) di album “Imperial”.

DSC_7467_edit2013
Bilfian (kiri), Lutfi (kanan) – Elemental Gaze. Foto oleh Oxalis

Saya selalu merasa musik Elemental Gaze memang cocoknya didengarkan di perjalanan di kala hujan. Saya ingat sekali mendengarkan “Unperfect Sky” (featuring Sigit dari Tiga Pagi) dari album kompilasi “Half Dreaming” saat naik bus melewati daerah Sudirman, yang saat itu diterpa hujan rintik – ­rintik. Begitu pula kalau mendengarkan “Behind the Window I See”, yang menurut saya paling tepat didengarkan sambil melamun di dalam bus kota, sambil melihat keluar jendela, sama seperti judul lagunya.

Rasanya sudah lama sekali saya tidak melihat Elemental Gaze tampil bersama. Terakhir sewaktu acara bertajuk “Suicide is Rock” yang digagas oleh band trip­hop Jakarta Everybody Loves Irene di sebuah cafe di Kemang lima tahun lalu. Tahun 2008 memang masa keemasan Elemental Gaze. Selain tampil di berbagai gigs lokal, Elemental Gaze juga tampil di Festival Baybeats di Singapura dan membuka konser Mono di Malaysia. EP mereka, “Let Me Erase You”, pun dirilis di tahun yang sama oleh label rekaman asal Jepang Xtal Records.

DB SHOWCASE 15 JULY 2008
Bilfian (Elemental Gaze) Foto oleh Oxalis

Di tahun 2007, saya sempat mewawancara Fuad, Bilan, dan Luthfi di sela­sela acara festival distro di Bandung. Saat itu mereka bilang Elemental Gaze terasa terlahir kembali, setelah sempat vakum beberapa tahun. Terasa mulai ada sedikit perubahan di musik mereka, seiring dengan adanya perubahan personil (keluarnya Myrdal digantikan oleh Bilan dan Luthfi) serta semangat baru berkat bantuan dari banyak teman yang ikut mempromosikan dan membawa band muda itu menjadi salah satu band yang paling diperhitungkan di kalangan penikmat shoegaze dan elektronik.

 

Setelah sempat vakum lagi selama kurang lebih tiga tahun, saya mendengar kabar akan adanya rencana peluncuran rilisan fisik dari Elemental Gaze. Saya mulai membayangkan akan kembali muncul perubahan­-perubahan dalam musik mereka, terutama karena kegiatan para personilnya sendiri sudah berubah banyak dibanding tahun­-tahun sebelumnya. Perubahan eksternal ­ mulai dari bergesernya kehidupan sosial di sekitar mereka, melesatnya peran teknologi (terutama dalam hal media sosial), perubahan alam di tempat tinggal mereka, hingga perubahan scene musik ­ bisa jadi memberi andil terhadap musik yang mereka garap, walau mungkin tidak memberikan perbedaan jauh dari rilisan­ terdahulu.

Teaser dari rilisan berikutnya, “God Knows Why This Should Be Kept For All The Time”, seperti membawa kita ke transisi kehidupan selanjutnya. Mengantarkan kita dalam perjalanan mengikuti perubahan.
[i] Cisitu Assylum adalah sebuah rumah kos tipe medium di cisitu, bandung. Mahasiswa penghuni kost tersebut sepakat menjadikan “asylum” sebagai nama kos tersebut. Menurut sejarahnya, mahasiswa paling autis di asylum bernama Arya “BL” Antaputra (yang merupakan host di sebuah talkshow di Ganesha TV) yang memberikan nama itu. sampai sekarang tidak pernah ada alasan yang jelas kenapa BL memberikan nama itu ke kosannya.