Album Review: Aubrey Fanani – Istirahat

Aubrey Fanani

Perjumpaan pertama saya dengan Aubrey Fanani adalah saat teman kuliah saya memperlihatkan sebuah video music session nan absurd: seorang perempuan berpakaian overall memainkan gitar yang ditadahkan di sebuah bangku plastik sembari berlatarkan video pemandangan sawah dan hutan yang diedit ala kadarnya. Diluar kernyit dahi saya melihat absurditas visual yang terpampang (bayangkan skit video ala Adult Swim yang diputar tiap tengah malam, tapi versi lokal), lagu yang dibawakan setidaknya mampu mengeluarkan sunggingan senyum di wajah: ada suasana yang begitu personal, baik dalam petikan gitar yang dibawakan hingga liriknya yang terdengar lugas; rasanya seperti mendengarkan curhatan galau teman sepermainan tanpa harus menjadi sendu melagu (:p).

Lagu berjudul ‘Maju Dongs’ yang didendangkan di video tersebut menjadi salah satu dari total delapan lagu yang dimuat dalam debut album Aubrey bertajuk ‘Istirahat’ (secara teknis terbagi kedalam enam lagu, satu intro dan satu skit). Dalam ‘Istirahat’, suasana personal yang dibawakan terasa sangat dominan, terutama jika mendengarkan setiap cerita ‘pengantar’ yang terdapat didalam setiap lagunya. Rasanya sulit untuk tidak tersenyum simpul sembari mengeluarkan cekikikan kecil mendengar bagaimana setiap lagu yang dinyanyikan terasa seperti ‘lagu tongkrongan’, tanpa harus terdengar kampungan.

Nuansa personal tersebut menjadi kekuatan sendiri bagi Aubrey: ia tidak perlu berusaha keras untuk menjadi puitis layaknya musisi folk pada umumnya. Lirik-lirik yang disajikan justru mengalir apa adanya, melepaskan jarak antara Aubrey dengan tiap pendengar albumnya. Tema yang dipilih pun mampu mendukung suasana personal tersebut: mulai dari kegalauan saat PDKT (Maju Dongs), debat sastra ngalor ngidul (Puisi Prosa), hingga memori di kampung halaman (Melanglang Medan). Singkatnya, Aubrey tidak terjebak dalam tema-tema romantis standar musik indie folk yang seringkali terlalu mengawang dan hanya terasa manis di awal.

Sebetulnya saya sangat berharap Parlente Products – label yang merilis ‘Istirahat’ –  bisa mengeluarkan versi digital dari album ini, karena entah kenapa, kualitas audio versi kaset tidak terlalu sempurna. Untungnya ini tidak banyak mengurangi estetika album ini  – yang mungkin bisa dinikmati seperti mendengarkan mixtape rekaman radio jaman sekolah dulu. Manisnya album ‘Istirahat’ lebih terasa spontan dan berjalan begitu saja, sehingga album ini terasa lebih cocok didengarkan sambil beristirahat rebahan di ranjang pribadi. Patut ditunggu bilamana Aubrey dapat bersanding panggung bersama Bin Harlan dan Jason Ranti yang sama-sama mengusung panji ‘folk telanjang’. Mungkin bisa juga ketiganya membuat album split atau kolaborasi? Siapa tahu.

Bajik Assora adalah mahasiswa yang sedang pontang-panting menyelesaikan skripsi. Sehari-hari aktif sebagai kurir di Sorge Records.