Tanda Bahaya Itu Semakin Nyaring | Album Review: The Stocker – DansApokalips

Mini album ‘DansApokalips’ milik The Stocker yang dirilis Playloud Records pada tahun 2015 dan dirilis kembali pada momen Record Store Day 2016 edisi Jakarta kemarin. Enam lagu dalam ‘DansApokalips’ pekat dengan getir dan amarah.
Istimewa

Tema-tema kekecewaan dan keputusasaan terhadap kondisi sosial, baik yang tidak jelas siapa penyebabnya maupun yang diakibatkan oleh kesewenangan pemilik kuasa dan modal, merupakan denyut nadi ‘DansApokalips’. Emosi dalam setiap lirik pada ‘DansApokalips’ dibalut dengan musik rock yang liar dan agresif.

Pada ‘DansApokalips’, Jaws Reaksi (vokal dan gitar) berusaha membuat lirik-liriknya menjadi puitis. Namun alih-alih pretensius, ia cerdas bak komedian stand-up, karena ia dapat membuat punchline yang lekat di ingatan. Ketika diperlukan, ia tak segan untuk menggunakan lirik-lirik lugas nan tajam.

Jangan berpikir lirik-lirik puitis Jaws Reaksi adalah berat, karena penggunaan sajak di setiap lagu membuatnya lebih ringan. Pada lagu pembuka ‘Kenyataan Bagai Belati’ misalnya, The Stocker mengeluhkan situasi sulit dengan gamblang: “Kenyataan bagai belati / Terus menghujam bertubi-tubi”. Sedangkan dua baris  lagu kedua ‘Dilema Simalakama’ terdengar lebih puitis dan abstrak: “Dalam dilema simalakama / Belukar takdir terpaut karma“.

Pada dua lagu terakhir ‘DansApokalips’, The Stocker menjadi lebih politis. Sulit untuk meragukan muatan amarah Jaws Reaksi, vokalis dan gitaris The Stocker, ketika ia menutup lagu ‘Menunggu Mati’ dengan kutukan “MESIN PEMBUNUH!! MESIN PEMBUNUH!!” yang ditujukan pada kerakusan korporasi.  Pada lagu terakhir ‘Bangsat Permanen’, Jaws terdengar nyinyir terhadap politikus/partai politik korup: “Rebut Simpati Rebut Suara / Persetan dengan segala cara / Habiskan uang habis perkara”.

Dari sisi musikal, trio Jaws Reaksi, Ewin (bass), dan Skiw (drum) bermain kompak pada setiap lagu. Tidak ada show-off dari setiap personil.  Meski begitu tak bisa dipungkiri, peran Jaws Reaksi dalam penulisan lagu The Stocker terasa dominan. Struktur lagu, twist, dan perubahan tempo disesuaikan dengan kepentingan penyampaian pesan dalam lirik.

Terdapat elemen-elemen punk rock, garage rock, dan hard rock terdapat dalam ‘DansApokalips’. Semua itu tanpa membuat The Stocker hanya ‘turunan’ dari band-band rujukan dari setiap genre tersebut.

Dalam pandangan dan pendirian terhadap kondisi sosial (konteks ‘DansApokalips’ adalah Indonesia), The Stocker dapat bersanding dengan Gang of Four asal Britania Raya. Seperti album-album Gang of Four, ‘DansApokalips’ mengirimkan pesan ‘tanda bahaya’ kepada para pendengarnya. Tanda bahaya itu adalah krisis sosial sedang terjadi di depan mata kita, meskipun kita sering acuh.

‘DansApokalips’ merupakan album solid dari The Stocker. Jarangnya resensi ‘DansApokalips’ di media mainstream maupun internet harus disikapi serius: apakah kultur jurnalisme musik Indonesia memang meredup?