Menggugat Peran Mahasiswa Saat Ini

Istimewa

86capitalist

Itu tahun 1998. Tepatnya menjelang akhir tahun pada masa  itu. Tahun kegelapan bagi negeri ini. Tahun dimana inflasi melanda negeri tercinta dan tahun dimana gejolak ekonomi yang begitu memporak-porandakan stabilitas ekonomi bangsa. Itu tahun 1998,  banyak demonstrasi terjadi di ibukota negeri, gejolak amarah rakyat dan mahasiswa menyatu dalam balutan satu kata: “Reformasi”.

Ya, 1998 adalah tahun yang kelam sekaligus tahun keemasan. Bisa dikatakan pada masa itu merupakan tahun transisi yang dilematis. Tahun kelam didasari dari banyaknya peristiwa kelam, mulai dari ketimpangan ekonomi antara si kaya dan si miskin, ketidakadilan hukum bagi rakyat, meroketnya harga Dollar dan Rupiah pun tenggelam, serta inflasi yang berujung pada tuntututan rakyat untuk me-reform semua kekacauan ini.

Sedangkan tahun keemasan didasari dari adanya satu memori yang sangat penulis ingat dan sangat penulis banggakan yaitu para mahasiswa yang begitu progresif menentang ketidakadilan sang penguasa saat itu. Penguasa yang menjajah bangsanya sendiri, penguasa yang tuli akan kesengasaran rakyatnya, penguasa yang tidak perduli bagaimana sakitnya mereka dan penguasa yang penuh ketamakan akan harta. Ketamakan yang berlanjut pada keserakahan kepemimpinan yang hanya ingin dikuasainya tanpa mau menghiraukan bagaimana cara menyelamatkan negeri.

Tetapi justru penyelamatan itu pun dilakukan dengan perjuangan mahasiswa. Perjuangan yang dianggap sebagai suatu gerakan sosial (social movement) yang berdasarkan kehendak bulat mahasiswa. Sehingga menimbulkan tanda tanya besar, mengapa dan bagaimana mahasiswa mampu bersatu sebegitu eratnya? Hal ini menjadi pertanyaan yang patut kita amati lebih dalam dimana mahasiswa memiliki semangat juang yang sangat hebat. Dengan jiwa mudanya mahasiswa mampu merubah stigma negatif masyarakat yang mengatakan bahwa mahasiswa hanya bisa melakukan aksi anarkis semata menjadi mahasiswa yang sejati yang peduli dan peka akan nasib bangsa ini.

Bagaimana dengan sekarang? apakah mahasiswa sekarang juga masih memiliki semangat juang yang begitu besar? Apakah mahasiswa saat ini senantiasa memiliki pemikiran kritis yang dapat menggoyangkan pemerintahan? Atau hanya mahasiswa yang terlena akan nikmatnya menjadi mahasiswa tanpa mampu memberikan hal positif bagi bangsa ini. Dimanakah mereka?

Sangat miris rasanya jika kita sebagai mahasiswa tidak memiliki pemikiran yang kritis untuk memberikan sumbangsih ilmu yang solutif untuk kemajuan bangsa ini. Diperparah lagi mahasiswa sangat apatis akan isu-isu yang ada disekitarnya tanpa mau merespon bagaimana mencari dan memberi cara dalam memecahkan masalahnya. Hal inilah yang hanya bisa membuat kelamnya wajah pendidikan tinggi kita saat ini.

Memaknai Tri Dharma                                     

Sebagai acuan kontruktif bagi seorang mahasiswa sebenarnya sudah terletak pada Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dharma yang memberikan tafsiran yang begitu luas akan bagaimana hakikat sebenarnya sosok mahasiswa yang ideal. Dharma yang mengandung nilai-nilai yang begitu luhur. Tri Dharma lahir dari pemikiran yang dicetuskan oleh  Prof. Ir. Soehadi Reksowardojo yang di dalamnya terdiri dari dharma pendidikan, dharma penelitian dan dharma pengabdian.

Dharma Pendidikan sebagai tugas pokok dari seorang mahasiswa yang memberikan hal yang sangat urgen akan pentingnya pendidikan. Dimana mahasiswa sebagai insan akademis yang mampu hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 13 ayat (1) Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012  Tentang Pendidikan Tinggi di jelaskan bahwa “Mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/atau profesional.”

Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa kedudukan dan hakikat mahasiswa sangat urgen bagi kemajuan bangsa ini, tidak hanya menjadi calon intelektual muda yang dapat memberi ide segar dalam membangun negeri tetapi juga menjadi ilmuwan serta praktisi di semua lini, begitu pula dengan profesi-profesi lainnya.

Dharma Penelitian mengisyaratkan bagi kita bahwa sebenarnya mahasiswa dapat meneliti dalam studinya dan bereksperimen di lingkungan sosialnya untuk mencari dan menggali sesuatu yang baru yang dapat bermanfaat bagi orang lain.

Dharma Pengabdian sebagai pondasi utama mahasiswa yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dunia sosial dituntut harus selalu memberikan kontribusinya bagi lingkungan sekitarnya baik dari segi aspek moril dalam membangun daerah maupun dari segi materil yang dimilikinya.

Ketiga dharma tersebut jika diimplementasikan oleh sosok mahasiswa secara menyeluruh maka ia akan selalu memberikan manfaat dimanapun dan kapanpun ia berada.

Hal Kecil Itu Perlu

Ada pepatah yang mengatakan “dari satu langkah kecil, dapat menghasilkan ribuan kilometer yang dilewati”. Begitu pula dalam hal pribadi seorang mahasiswa yang selalu berfikiran maju mendorong mahasiswa dapat selalu menjadi agen perubahan (agen of change).

Para agen of change tersebut dalam membuat langkah kecil dapat dilakukan berawal dari memberikan ide-ide brilian dalam mengatasi masalah yang dihadapai sehingga semua akan bermuara pada satu sistem gebrakan yang solutif dan inovatif.

Oleh sebab itu hal kecil itu perlu, kita jangan menganggap remeh suatu tindakan kecil yang kita lakukan sebab yang kecil itu lebih bermakna jika dilakukan dengan dasar ikhlas berbagi dibandingkan dengan sesuatu yang besar namun hanya mengharapkan imbalan yang diberikan tanpa mengedepankan aspek sosial.

Mahasiswa saat ini adalah generasi penentu perjalanan bangsa di masa mendatang. Dengan langkah kecil dari mahasiswa sekarang, akan sangat menentukan bagaimana arah kemajuan bangsa ini. Langkah kecil tersebut dapat dilakukan dengan berkontribusi yang berawal dari tingkat yang paling rendah mulai dari lingkungan sekitar hingga tataran kampus, daerah, hingga nasional.

Hal ini memberikan gambaran bahwa kita harus memiliki konsep perubahan yang baik. Salah satu konsep tersebut adalah konsep yang pro-rakyat. Artinya segala tindakan yang kita lakukan sudah sewajarnya harus melihat segi positif yang mendukung kepada kebaikan rakyat agar nantinya tidak terjadi ketimpangan sosial yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat.

 Meskipun masa telah berlalu kita jangan hanya terbuai oleh kegemilangan perjuangan generasi mahasiswa 1998 saja tetapi kita harus mampu merubah itu semua dengan cara kita sendiri, cara yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu membangun bangsa ini menjadi lebih baik.

Sangat naif rasanya jika kita hanya mampu membangga-banggakan generasi tersebut tetapi kita tidak memberikan apa-apa bagi bangsa ini sebab mahasiswa sangat memiliki peranan yang besar bagi kemajuan bangsa ini jadi, jika kita belum dapat memberikan nilai lebih maka peran sebagai mahasiswa patut dipertanyakan. Oleh sebab itu perubahan tidak akan terjadi tanpa kita mau memulai untuk merubahnya. Ayo bangkit mahasiswa, bangkit rakyat indonesia ! []

 

Penulis adalah Alumni Sekolah Hak Asasi Manusia Untuk Mahasiswa (SeHAMA Angkatan V) KontraS Jakarta dan Siswa Basri Daham Journalism Institute (BJI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Lhokseumawe, Saat ini aktif di BEM Fakultas Hukum Universitas Malikussaleh.